A. Zaman Pra Kemerdekaan Indonesia
Wilayah Kota Bandar Lampung pada zaman kolonial Hindia Belanda termasuk wilayah Onder Afdeling Telokbetong yang dibentuk berdasarkan Staatsbalat 1912
Nomor : 462 yang terdiri dari Ibukota Telokbetong sendiri dan
daerah-daerah disekitarnya. Sebelum tahun 1912, Ibukota Telokbetong ini
meliputi juga Tanjungkarang yang terletak sekitar 5 km di sebelah utara
Kota Telokbetong (Encyclopedie Van Nedderland Indie, D.C.STIBBE bagian IV).
Ibukota Onder Afdeling Telokbetong adalah Tanjungkarang,
sementara Kota Telokbetong sendiri berkedudukan sebagai Ibukota
Keresidenan Lampung. Kedua kota tersebut tidak termasuk ke dalam Marga
Verband, melainkan berdiri sendiri dan dikepalai oleh seorang Asisten
Demang yang tunduk kepada Hoof Van Plaatsleyk Bestuur selaku Kepala Onder Afdeling Telokbetong.
Pada zaman pendudukan Jepang, kota Tanjungkarang-Telokbetong dijadikan Si (Kota) dibawah pimpinan seorang Sicho (bangsa Jepang) dan dibantu oleh seorang Fuku Sicho (bangsa Indonesia).
B. Zaman Pasca Kemerdekaan Indonesia
Sejak zaman Kemerdekaan Republik Indonesia, Kota Tanjungkarang dan
Kota Telokbetong menjadi bagian dari Kabupaten Lampung Selatan hingga
diterbitkannnya Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yang memisahkan kedua
kota tersebut dari Kabupaten Lampung Selatan dan mulai diperkenalkan
dengan istilah penyebutan Kota Tanjungkarang-Telukbetung.
Pada perkembangannya selanjutnya, status Kota Tanjungkarang dan Kota
Telukbetung terus berubah dan mengalami beberapa kali perluasan hingga
pada tahun 1965 setelah Keresidenan Lampung dinaikkan statusnya menjadi
Provinsi Lampung (berdasarkan Undang-Undang Nomor : 18 tahun 1965), Kota
Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II
Tanjungkarang-Telukbetung dan sekaligus menjadi ibukota Provinsi
Lampung.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1983, Kotamadya
Daerah Tingkat II Tanjungkarang-Telukbetung berubah menjadi Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandar Lampung (Lembaran Negara tahun 1983 Nomor 30,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3254). Kemudian berdasarkan Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 43 tahun 1998 tentang perubahan tata naskah
dinas di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II
se-Indonesia yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Walikota
Bandar Lampung nomor 17 tahun 1999 terjadi perubahan penyebutan nama
dari “Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandar Lampung” menjadi “Pemerintah Kota Bandar Lampung” dan tetap dipergunakan hingga saat ini.
C. Hari Jadi Kota Bandar Lampung
Hari jadi kota Bandar Lampung ditetapkan berdasarkan sumber sejarah
yang berhasil dikumpulkan, -terdapat catatan bahwa berdasarkan laporan
dari Residen Banten William Craft kepada Gubernur Jenderal Cornelis yang
didasarkan pada keterangan Pangeran Aria Dipati Ningrat (Duta
Kesultanan) yang disampaikan kepadanya tanggal 17 Juni 1682 antara lain
berisikan: “Lampong Telokbetong di tepi laut adalah tempat kedudukan seorang Dipati Temenggung Nata Negara yang membawahi 3.000 orang” (Deghregistor yang
dibuat dan dipelihara oleh pimpinan VOC halaman 777 dst.)-, dan hasil
simposium Hari Jadi Kota Tanjungkarang-Telukbetung pada tanggal 18
November 1982 serta Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 1983 tanggal 26
Februari 1983 ditetapkan bahwa hari Jadi Kota Bandar Lampung adalah
tanggal 17 Juni 1682.
D. Para Walikota Bandar Lampung
Sampai saat ini, tercatat sudah 11 orang putra terbaik Lampung
menjadi pemimpin di Kota Bandar Lampung, sebagaimana tabel berikut ini :
NO
|
NAMA
|
PERIODE
|
1.
|
SUMARSONO
|
1956 – 1957
|
2.
|
H. ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM
|
1957 – 1963
|
3.
|
ALIMUDIN UMAR, SH
|
1963 – 1969
|
4.
|
Drs. H.M. THABRANIE DAUD
|
1969 – 1976
|
5.
|
Drs. H. FAUZI SALEH
|
1976 – 1981
|
6.
|
Drs. ZULKARNAIN SUBING
|
1981 – 1986
|
7.
|
Drs. NURDIN MUHAYAT
|
1986 – 1991
|
8.
|
Drs. SUHARTO
|
1996 – 2005
|
9.
|
Drs. EDDY SUTRISNO, M.Pd.
|
2005 – 1010
|
10.
|
Drs. H. HERMAN HN, MM
|
2010 – Sekarang
|
Selayang Pandang
GEOGRAFI
Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 50 20’ sampai dengan 50 30’ lintang selatan dan 1050 28’ sampai dengan 1050 37’
bujur timur. Letak tersebut berada pada Teluk Lampung di ujung selatan
pulau Sumatera. Berdasarkan kondisi ini, Kota Bandar Lampung menjadi
pintu gerbang utama pulau Sumatera tepatnya kurang lebih 165 km sebelah
barat laut Jakarta dan memiliki peran sangat penting selain dalam
kedudukannya sebagai ibu kota Provinsi Lampung juga merupakan pusat
pendidikan, kebudayaan dan perekonomian bagi masyarakat. Secara
administratif batas daerah Kota Bandar Lampung adalah:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Ketibung serta Teluk Lampung.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.
Selain daripada itu, Kota Bandar Lampung memiliki andil yang sangat
vital dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian
logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya serta memiliki
Pelabuhan Panjang untuk kegiatan ekspor impor dan Pelabuhan Srengsem
yang melayani distribusi batubara dari Sumatera ke Jawa , sehingga
secara langsung Kota Bandar Lampung berkontribusi dalam mendukung
pergerakan ekonomi nasional. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah
197,22 km² yang terbagi ke dalam 13 Kecamatan dan 98 Kelurahan dengan
populasi penduduk 879.651 jiwa (berdasarkan sensus 2010), kepadatan
penduduk sekitar 8.142 jiwa/km² dan diproyeksikan pertumbuhan penduduk
mencapai 1,8 juta jiwa pada tahun 2030.
TOPOGRAFI
Topografi
Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai sampai
kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0
sampai 500 m daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung
membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung
Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok
disebelah Timur. Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung
adalah sebagai berikut :
- Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau di bagian Selatan
- Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di bagian Utara
- Wilayah perbukitan terdapat di sekitar Telukbetung bagian Utara
- Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di bagian Timur.
Dilihat
dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan Rajabasa merupakan
wilayah dengan ketinggian paling tinggi dibandingkan dengan
kecamatan-kecamatan lainnya yaitu berada pada ketinggian maksimum 700
mdpl. Sedangkan Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang
memiliki ketinggian masing-masing hanya sekitar 2 – 5 mdpl atau
kecamatan dengan ketinggian paling rendah/minimum dari seluruh wilayah
di Kota Bandar Lampung.
HIDROLOGI
Dilihat
secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar
yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil. Semua
sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam
wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk
Lampung. Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota Bandar
Lampung dapat dibagi dalam beberapa bagian berdasarkan pourusitas dan permaebilitas yaitu:
- Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk Betung Selatan, dan Teluk Betung Barat.
- Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton, Tanjung Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan Kemiling, bagian selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Sukabumi.
- Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di bagian utara Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur.
- Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur.
- Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara Kecamatan Panjang, Tanjung Karang Timur, dan bagian barat Kecamatan Teluk Betung Selatan.
- Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang.
Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung terbagi ke dalam 6 wilayah, sebagai berikut :
ZONA
|
KATEGORI RESAPAN
|
WILAYAH
|
I
|
Recharge Area
|
Kemiling dan Teluk Betung Barat
|
II
|
Area Penyangga
|
Kecamatan
Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Timur, Panjang, Tanjung Karang
Pusat, Teluk Betung Utara, dan Teluk Betung Selatan.
|
III
|
Resapan Rendah
|
Kedaton, Sukarame, Tanjung Karang Barat
|
IV
|
Resapan Sedang
|
Tanjung Karang Pusat, Sukabumi, Tanjung Karang Timur
|
V
|
Resapan Tinggi
|
Sukabumi dan Sukarame
|
VI
|
Kawasan Dipengaruhi Air Laut
|
Pesisir Teluk Lampung, Teluk Betung Selatan, Panjang, Teluk Betung Barat
|
Sumber: Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Bandar Lampung, 2010
Logo B. Lampung
Logo Kota Bandar Lampung bermakna membina persatuan dan kesatuan
dengan penuh kesetiaan untuk mempertahankan dasar Negara Pancasila guna
bersama-sama mewujudkan kota perdagangan dan jasa yang aman, nyaman,
sejahtera, makmur, berbudaya, religius dan maju untuk kesejahteraan,
kemakmuran dan kejayaan Kota Bandar Lampung.
Logo Kota Bandar Lampung
berbentuk sebuah pita yang melingkar bersudut lima yang telah
dimodifikasi sehingga terdapat lekuk garis pada sisi dan sudutnya,
dibagian atas terdapat tulisan KOTA dan bagian bawah BANDAR LAMPUNG.
Pada bagian dalam Logo Daerah, terdapat perisai bersudut lima yang telah
dimodifikasi dengan membuat garis lengkung untuk menghubungkan antara
sudut dengan sudut lainnya yang didalamnya terdapat gambar :
- Payung Raja yang terdiri dari 3 susun secara bertingkat;
- Siger;
- Gung/Talo Balak;
- Jukung/Jung, Perahu khas Lampung dengan orang diatasnya dan terdapat tulisan RAGOM GAWI yang dilengkapi Aksara Lampung sebagai Moto Daerah;
- Setangkai Padi dan Kapas.
Logo Daerah tersusun atas bagian-bagian yang mempunyai makna sebagai berikut :
A. Pita yang melingkar bergaris tepi hitam dan berwarna kuning emas Memiliki makna persatuan, kebesaran dan kejayaan.
B. Perisai bersudut lima
Perisai bersudut lima dengan bagian atas berwarna putih, bagian bawah
berwarna biru dan berlandaskan warna hitam memiliki makna Kota Bandar
Lampung yang meliputi daratan dan lautan tegak berdiri diatas landasan
yang teguh dan kokoh dengan masyarakat berwawasan luas dan berpedoman
pada senggiri lampung yang telah mengakar yaitu, Pi’il Senggiri, Sakkai
Sambayan, Nengah Nyappur, Nemui Nyimah dan Bejuluk Beadek.
C. Payung Raja Tiga Tingkat Secara keseluruhan Payung Raja Tiga Tingkat bermakna
Kota Bandar Lampung memegang teguh tiga tatanan sebagai pedoman hidup
bermasyarakat yaitu hukum Agama, hukum Negara dan hukum Adat, tempat
semua masyarakat Kota Bandar Lampung berlindung, secara detail simbol
ini memiliki makna :
- Payung warna putih : sebagai simbol kepemimpinan/kepenyimbangan, kesucian jiwa, ketulusan dan keagungan, ketiganya telah terpateri dalam nilai-nilai keadatan suku Lampung
- Payung warna kuning : sebagai simbol berjiwa besar, berjiwa sosial berjiwa kemasyarakatan
- Payung warna merah : sebagai simbol sikap hidup dengan ketegasan berperilaku, berpikir dan bertindak dalam mengawal pi’il pesenggiri berpegang teguh pada tradisi dan hukum adat sebagai identitas orang Lampung
- Jumlah ruas payung : warna putih 8 buah, warna kuning 17 buah, warna merah 19 buah dan ruas payung agung seluruhnya 45 buah melambangkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (17-8-1945)
- Satu bulatan pada puncak payung : bermakna satu cita membangun Daerah, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Ridho Tuhan Yang Maha Esa.
D. Siger berwarna kuning emas
Merupakan simbol mahkota yang melambangkan kebesaran, kemewahan,
keagungan, berbudi pekerti dan berbudaya meskipun ditengah kota yang
beragam etnis suku dan agama. Siger ditandai pada bagian muka dan
belakang yang berlekuk beruji 9 buah. Ruji yang paling tengah merupakan
paling tinggi, sedangkan yang paling pinggir melengkeng seperti ujung
tanduk atau perahu. Lambang Siger ini menjadi simbolisasi sifat
feminism, yang bermakna Kota Bandar Lampung menjadi “IBU” bagi
masyarakatnya, yang mengayomi dan memakmurkan dengan kesuburan dan
berbagai potensi yang berada dalam kendungannya, serta ramah terhadap
setiap tamu serta para pendatang.
E. Gung/Talo Balak Merupakan
alat musik tradisional masyarakat Lampung berwarna emas melambangkan
kebesaran dan kejayaan, bermakna sebagai masyarakat yang komunikatif dan
informatif dimana senantiasa mengikuti perkembangan zaman namun tetap
terkendali oleh norma norma agama, adat dan budaya bangsa. Gung/Talo
Balak terbuat dari logam campuran (kuningan, tembaga dan besi) yang
merupakan salah satu bagian dari unti musik kulintang/kelintang
F. Jukung/Jung Perahu khas
Lampung dengan orang diatasnya dimaksudkan sebagai simbol sarana
transportasi untuk melambangkan Kota Bandar Lampung sebagai kota
perdagangan dan orang yang melambangkan jasa sehingga secara keseluruhan
bermakna Kota Bandar Lampung sebagai sebuah kota yang menyediakan
perdagangan dan jasa. Jukung/Jung merupakan alat angkut di perairan
(laut dan sungai) untuk mengangkut orang atau barang. Dibuat dari kayu
lumas yang disambung dengan papan memakai atap dan bercadik dari bambu,
untuk menggerakkannya selain dengan pengayuh juga dengan tiang-tiang
layar
G. Tulisan RAGOM GAWI merupakan
motto daerah yang merupakan semboyan kerja yang bermakna bergotong
royong, bekerjasama, bersatu padu dalam menggerakkan roda pembangunan
dengan hati yang tulus ikhlas dan pantang menyerah dalam bekerja dan
pengabdian terhadap masyarakat, bangsa dan Negara. Ragom Gawi merupakan
motto daerah sebagai semboyan kerja. Secara linguistik cultural terdiri dari dua suku kata yaitu Ragom yang berarti kompak, bersatu, bersama-sama dan Gawi berarti kerja, melaksanakan tugas pengabdian.
H. Setangkai Padi dan Kapas
Bermakna sebagai simbol kesejahteraan yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila
yang mengailhami setiap gairah pembangunan. Padi dan Kapas yang
masing-masing berjumlah 17 (tujuh belas) dan 6 (enam) butir melambangkan hari dan tanggal kelahiran Kota Bandar Lampung (17-6-1682).
0 komentar:
Posting Komentar